By Theo Lering

TentangFlobamorata.blogspot.com

By Theo Lering

TentangFlobamorata.blogspot.com

By Theo Lering

TentangFlobamorata.blogspot.com

By Theo Lering

TentangFlobamorata.blogspot.com

By Theo Lering

TentangFlobamorata.blogspot.com

Sabtu, 01 Juni 2013

Materi Gunung Hutan (mountenering)

GUNUNG HUTAN ( MOUNTAINEERING )

Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang menamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya). Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian bukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki dasar pengetahuan teoritis.

materi mountenering, materi pecinta alam, teksapala


Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yangharus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa :

aturan-aturan pendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendaki gunung dan lain-lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering. Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan,yaitu :

1. Berjalan (Hill Walking)
Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatanyang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol adalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested).

2. Memanjat (Rock Climbing)
Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyak metode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara khusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti,tangan hanya memberi pertolongan.

3. Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing)
Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik pendakian tebing gunung salju.

Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup :
Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknik-teknik Rock Climbing dan lain-lain.

PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG

1. Pengenalan Medan Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta altimeter. Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.

2. Persiapan Fisik Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan kelenturan otot. Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar oksigennya.

3. Persiapan Tim Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakan semua yang berkaitan dengan pendakian.

4. Perbekalan dan Peralatan Persiapan perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapan mendaki gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindung keselamatan pendaki itu sendiri. 

Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita yang terbiasa hidup di daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukan perlengkapan yang memadai agar pendaki mampu menyesuaikan di ketinggian yang baruitu. Seperti sepatu, ransel, pakaian, tenda, perlengkapan tidur, perlengkapan masak, makanan, obat-obatan dan lain-lain.

BAHAYA DI GUNUNG

Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pendakian.

1. Faktor Internal 
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.

2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain. Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untukpegang peranan, penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-keterbatasan pada diri kita sendiri.

LANGKAH-LANGKAH DAN PROSEDUR PENDAKIAN

Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok pencinta alam dalam suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah, yaitu :

1. Persiapan

Yang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah :

•Menentukan pengurus panitia pendakian, yang akan bekerja mengurus :Perijinan pendakian, perhitungan anggaran biaya, penentuan jadwal pendakian,persiapan perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitan dengan pendakian.

•Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan dengan berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memaksimalkan ketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga timbul dalam pendakian beserta cara-cara pencegahan/pemecahannya.

2. Pelaksanaan

Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung tersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian. Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok,yaitu:

- Kelompok pelopor

- Kelompok inti

- Kelompok penyapu

Masing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan (penanggungjawab koordinasi). Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camp pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung tersebut. Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu :

Pelopor di depan(disertai guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan ini.Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba dipuncak dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yang tertinggal.

3. Evaluasi

Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena dengan evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat)

kode etik pecinta alam se-indonesia

teksapala sanata dharma

Dasar ketika kita mau menjadi pecinta alam apapun bentuknya, kita harus tau KODE ETIK PECINTA ALAM, dengan tujuan agar kita lebih mengerti alam sebagai salah satu sahabat kita.


KODE ETIK PECINTA ALAM INDONESIA


  • Pecinta alam Indonesia sadar bahwa alam dan isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
  • Pecinta alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawabnya terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air
  • Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa


Sesuai dengan hakekat di atas, kami dengan kesadaran menyatakan :


  1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber daya alam sesuai dengan kebutuhannya
  3. Mengabdi kepada bangsa dan tanah air
  4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan     kerabatnya
  5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
  6. Berusaha saling membantu dan saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air
  7. Selesai



Di susun dan di syahkan bersama dalam acara Gladia ke – IV
Di Ujung Pandang, Tahun 1974

Indahnya Kampung adat Takpala, ALOR-NTT

Letaknya di perbukitan, tepatnya di desa Lembur Barat Kecamatan Alor Tengah Utara. Takpala merupakan kampung tradisional suku Abui asli yang masih kental dengan adat istiadat. Dapat dicapai dengan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh 30 menit dari Kalabahi. Keunikan budaya yang ditampilkan berupa ritual adat dan atraksi budaya.
Pengunjung yang datang akan disugukan pemandangan alam teluk Benlelang dan Rumah-rumah Adat yang unik dan masih tradisional di perbukitan yang spektakuler. Tenun ikat, Anyam-anyaman bambu, Klewang, Busur dan Anak Panah, serta ukiran-ukiran unik khas Takpala bisa dibawah pulang oleh pengunjung sebagai cinderamata.


Selayang Pandang

Kabupaten Alor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah terluar Indonesia. Salah satu pulau di kabupaten ini, Pulau Alor, berbatasan langsung dengan Timor Leste (http://id.wikipedia.org). Pulau Alor telah lama dikenal melalui tulisan Pigafetta dalam pelayaran Magelhaens ketika mengelilingi dunia. Dikisahkan, setelah membeli rempah-rempah dari Maluku dan sebelum kembali berlayar ke Eropa, kapal Victoria yang ditumpangi Magelhaens sempat singgah di Alor pada 12 Januari 1522 (www.alorkab.go.id). Kabupaten Alor menyimpan banyak potensi yang masih alami, terutama potensi kelautan yang menjadi aset wisata andalan kabupaten yang wilayahnya berwujud kepulauan ini.
Para Turis Asing yang Berkunjung ke Takpala
Kabupaten yang beribukota di Kalabahi ini memiliki pesona taman bawah laut yang menurut Karl Muller dalam buku "East of Bali: From Lombok to Timor" (1991), termasuk salah satu taman bawah laut berkelas dunia (www.alorkab.go.id). Bahkan, Taman Laut Alor disebut-sebut sebagai taman bahwa laut terbaik kedua di dunia setelah Kepulauan Karibia di benua Amerika (www.katcenter.info). Namun, pariwisata Kabupaten Alor ternyata tidak hanya mengandalkan dari sektor wisata bahari saja. Terdapat sejumlah potensi wisata budaya yang juga menjadi kebanggaan kabupaten yang berpenduduk sekitar 150.000 jiwa ini. Salah satu yang obyek wisata nonbahari yang paling banyak dikunjungi adalah Kampung Tradisional Takpala yang berlokasi di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, NTT. Desa wisata Takpala telah dikenal dunia dan hampir setiap hari ada wisatawan yang datang berkunjung, khususnya turis asing (www.pos-kupang.com). Kampung Takpala terletak di lereng bukit pada ketinggian kurang lebih 150 meter di atas permukaan laut (www.arsitekturntt.com). Kampung Tradisional Takpala menjadi aset wisata yang sudah dilindungi Peraturan Daerah Kabupaten Alor sebagai cagar budaya.

Nuansa pemandangan yang tersaji di Takpala cukup menarik karena desa ini menghadap ke laut (www.pauluswiratno.com). Dari perkampungan ini, Anda dapat menikmati keindahan Teluk Benlelang dan lingkungan sekitarnya. Sesampainya Anda di Kampung Tradisional Takpala, Anda akan disambut dengan Tari Lego-Lego oleh penduduk setempat. Tarian khas Takpala ini dilakukan secara massal dengan bergandengan tangan secara melingkar. Para penari Lego-Lego memakai busana adat, sementara rambut kaum perempuan dibiarkan terurai. Di kaki para penari, dipasang gelang perak yang akan memantulkan bunyi gemerincing jika digerakkan (Bentara Wisata, 16 Maret 2007). Tetabuhan gong dan gendang dari kuningan atau moko mengiringi polah para penari yang bergerak rancak sambil mengumandangkan lagu dan pantun dalam bahasa adat setempat.

Tari Lego-Lego
Tari Lego-Lego
Biasanya, Lego-Lego ditarikan selama semalam suntuk. Anda dan para pengunjung lain pun bisa turut menari bersama warga masyarakat Kampung Takpala. Menurut tetua adat setempat, Lego-Lego yang menjadi tarian khas Suku Abui, warga asli Takpala, merupakan lambang kekuatan persatuan dan persaudaraan (Bentara Wisata, 16 Maret 2007). Dalam legenda dikisahkan bahwa Suku Abui adalah pendiri kerajaan tertua yang pernah ada di Alor, yaitu Kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor

Tari Lego-Lego dilakukan dengan mengelilingi tiga batu bersusun berbentuk lingkaran yang disebut mesbah. Konon, mesbah dibangun masa prasejarah dengan mengorbankan kepala manusia sebagai tumbal. Persembahan kepala manusia itulah yang membuat mesbah menjadi dikeramatkan (www.katcenter.info). Ketiga mesbah yang disakralkan itu melambangkan tiga kelompok yang terdapat dalam Suku Abui, antara lain Suku Kapitang yang merupakan suku perang, Suku Aweni yang terdiri dari kaum raja/bangsawan, dan Suku Marang atau suku perantara. Setiap suku memiliki wewenang sesuai kedudukannya masing-masing. Biasanya, ketiga kelompok suku ini saling berinteraksi saat menjalankan suatu pekerjaan. Misalnya, sebagai suku raja, Suku Marang memberi perintah kepada Suku Aweni untuk disampaikan kepada Suku Kapitang agar pergi berperang (Bentara Wisata, 16 Maret 2007).

Keistimewaan

Selain Tari Lego-Lego, yang menjadi daya tarik Kampung Takpala adalah rumah-rumah tradisional Suku Abui yang biasa disebut dengan nama Rumah Lopo. Anda bisa berjalan-jalan dan melihat-lihat keunikan rumah adat yang masih digunakan sebagai tempat tinggal tersebut. Rumah adat yang masing-masing dihuni oleh sekitar 13 kepala keluarga itu terdiri dari dua jenis rumah, yakni Kolwat dan Kanuruat. Rumah Kolwat terbuka untuk umum, siapapun boleh masuk termasuk anak-anak dan perempuan. Sedangkan yang boleh masuk ke rumah Kanuruat hanya kalangan tertentu. Anak-anak dan perempuan dilarang keras memasuki rumah Kanuruat, jika dilanggar akan menimbulkan penyakit di mana proses penyembuhannya harus dilakukan dengan upacara adat (Bentara Wisata, 16 Maret 2007).

Rumah adat Takpala terbuat dari bambu dan berbentuk piramida, beratap alang-alang, serta disangga oleh 6 tiang yang terbuat dari kayu merah. Di bagian atas rumah terdapat ornamen berbentuk tangan terbuka sebagai simbol permintaan berkat kepada Yang Maha Kuasa. Setiap Rumah Lopo memiliki tiga lantai. Lantai paling bawah berfungsi sebagai dapur dan ruang tidur, lantai dua digunakan untuk menyimpan jagung atau bahan makanan lainnya, dan apabila lantai dua sudah penuh, bahan makanan itu bisa disimpan di lantai tiga yang juga berfungsi sebagai gudang. Lantai dua juga sering digunakan untuk menjamu tamu-tamu yang datang. Bisa jadi, oleh pemilik rumah Anda akan dijamu dengan segelas kopi manis (www.ascensionatsea.net).

Rumah Adat Takpala
Rumah Adat Takpala

Lantai paling atas juga sering dimanfaatkan untuk menyimpan barang-barang berharga, termasuk untuk menyimpan moko atau nekara. Moko adalah gendang dari kuningan yang merupakan warisan budaya perundagian dari zaman perunggu (diperkirakan antara tahun 1.000 hingga 500 Sebelum Masehi). Selain digunakan untuk mengiringi Tari Lego-Lego, moko juga berfungsi sebagai bagian dari ritual perkawinan adat Takpala untuk mas kawin atau belis dalam bahasa adat setempat (www.katcenter.info). Cukup sulit memisahkan peran moko dalam kehidupan masyarakat Alor, terutama dalam ritual perkawinan adat.

Moko khas Alor tergolong dalam nekara tipe Pejeng seperti yang ditemukan di Gianyar, Bali. Bentuk dasarnya lonjong seperti gendang, ada pula yang berbentuk gendang besar. Pola hiasnya beragam tergantung tahun pembuatannya, yang kebanyakan sekarang di Alor adalah mirip dengan yang ada pada zaman Majapahit. Ada pula jenis ragam hias moko yang merupakan hasil produksi pada zaman kolonial, sebelum Indonesia merdeka (www.alorkab.go.id). Nah, terkait dengan pernikahan adat Suku Abui di Kampung Takpala, Anda juga bisa mengikuti prosesi tata cara perkawinan itu serta menikmati kesakralan dan keunikannya. Selain itu, Anda juga bisa berbelanja moko untuk dijadikan buah tangan atau untuk menambah koleksi barang-barang unik Anda.

Moko, Tradisi Masyarakat Takpala.
Selain Tari Lego-Lego, Rumah Lopo, dan pernikahan adat Suku Abui, masih ada banyak hal menarik lainnya yang bisa Anda temui di Kampung Tradisional Takpala seperti Upacara Belanga Moko dan melihat-lihat koleksi benda-benda tradisional serta hasil kerajinan penduduk Takpala. Meski belum terdapat toko-toko yang khusus menjual barang-barang khas Takpala, Anda dapat membeli langsung di rumah-rumah penduduk. Terkadang ada pula sejumlah warga yang menggelar dagangannya di depan rumah atau di beberapa tempat tertentu di Kampung Takpala. Anda bisa melakukan tawar-menawar dalam transaksi jual beli itu. Barang-barang asli Takpala yang bisa Anda beli untuk dijadikan oleh-oleh antara lain moko, tenun ikat, klewang (tempat sirih), cakalele, busur panah atau senjata-senjata tradisional yang lain, dan benda-benda lainnya.


Lokasi

Secara administratif, Kampung Tradisional Takpala terletak di Dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Batas-batas geografis wilayah Kampung Takpala antara lain: sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lembur Tengah dan Desa Welai Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Likwatang, serta sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lembur Barat (www.arsitekturntt.com).

Akses

Akses menuju Kabupaten Alor sekarang sudah jauh lebih mudah. Dari Kupang, ibu kota Provinsi NTT, tersedia pesawat terbang ke Alor yang beroperasi lima kali dalam seminggu. Bahkan, ada juga maskapai pesawat yang melayani rute dari Surabaya dan Jakarta ke Bandara Mali di Alor. Sedangkan bagi Anda yang memilih menempuh perjalanan lewat jalur laut, Anda bisa memanfaatkan layanan kapal ferry. Layanan kapal laut dari Kupang ke Alor tersedia dua kali dalam seminggu (www.denmasdeni.wordpress.com).

Setelah sampai di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, Anda bisa meneruskan perjalanan ke Kampung Takpala dengan menggunakan ojek sepeda motor dengan ongkos Rp20.000,- sekali jalan. Jarak antara Kalabahi dengan Takpala adalah sekitar 13 kilometer yang bisa ditempuh dalam waktu 20 menit sampai 30 menit (www.alorguide.blogspot.com). Jika Anda memilih menumpang kendaraan umum, Anda dapat berangkat dari Terminal Kalabahi dan naik bus jurusan Bukapiting, kemudian turun di Takalelang di Desa Lembur Barat. Dari sini Anda bisa langsung meneruskan ke Kampung Takpala dengan naik motor ojek atau berjalan kaki.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Busur Panah Bisa Dibeli sebagai Buah Tangan
Busur Panah Bisa Dibeli sebagai Buah Tangan

Meski belum sepopuler obyek wisata bertaraf internasional lainnya yang ada di Indonesia, namun obyek-obyek wisata di Kabupaten Alor, termasuk Kampung Tradisional Takpala, sudah cukup sering dikunjungi wisatawan mancanegara. Untuk itulah, Pemerintah Kabupaten Alor terus berusaha meningkatkan promosi serta publikasi yang disertai peningkatan fasilitas sarana dan prasarana untuk mendukung pariwisata di Alor.
Setelah mengnjungi obyek wisata Kampung Tradisional Takpala, Anda bisa beristirahat di hotel atau penginapan yang terdapat di Kalabahi. Di ibu kota Kabupaten Alor itu telah tersedia cukup banyak hotel atau penginapan dan fasilitas umum lainnya, seperti bank, restoran atau rumah makan, telepon umum, kantor pos dan giro, serta fasilitas publik lainnya (www.setyanovanto.info). Atau jika Anda tidak punya cukup waktu untuk kembali ke Kalabahi, penduduk Kampung Takpala dengan senang hati menyediakan rumah mereka sebagai tempat untuk Anda beristirahat.



Sumber : www.wisatamelayu.com
              www.ascensionatsea.net
              www.transnusa.co.id

Senin, 15 April 2013

Sejarah Perjalanan KAbupaten Manggarai Barat

Kabupaten Manggarai Barat merupakan kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Manggarai. Pada mulanya wilayah Manggarai Barat dibagi atas 14 wilayah Kedaluan yaitu Kempo, Matawae, Boleng, Nggorang, Mburak, Bajo, Welak, Wontong, Ndoso, Kolang, Pacar, Bari, Rego, dan Penggawa Bajo. 
kecamatan manggarai barat

Kedaluan atau Hamente ini membawahi sejumlah kampung yang diatur menurut garis genealogis. Beberapa wilayah bekas Kedaluan kemudian dikelompokan dalam satuan wilayah kecamatan. Ide pemekaran wilayah Manggarai Barat sudah ada sejak tahun 1950-an. Ide ini dimunculkan pertama kali oleh Bapak Lambertus Kape, tokoh Manggarai asal Kempo Kecamatan Sano Nggoang yang pernah duduk sebagai anggota Konstituante di Jakarta.

 Pada tahun 1963 aspirasi untuk memekarkan Kabupaten Manggarai dengan membentuk Kabupaten Manggarai Barat mulai diperjuangkan secara formal melalui lembaga politik partai Katolik Subkomisariat Manggarai. Pada tahun 1982 Manggarai Barat diberikan status Wilayah Kerja Pembantu Bupati Manggarai Bagian Barat dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 821.26-1355 tanggal 11 november 1982. 

 Melalui proses pengkajian yang matang dengan memperhatikan potensi dan luas wilayah serta kebutuhan untuk pendekatan pelayanan kepada masyarakat maka melalui Sidang Paripurna DPR RI tanggal 27 Januari 2003 aspirasi dan keinginan masyarakat Manggarai Barat mencapai puncaknya dengan disahkannya Undang-undang Nomor 8 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Manggarai Barat maka Kabupaten Manggarai Barat resmi terbentuk. 

 Pada tanggal 1 September 2003, Drs. Fidelis Pranda dilantik menjadi Penjabat Bupati Kabupaten Manggarai Barat yang bertugas menjalankan pemerintahan serta mempersiapkan pemilihan kepala daerah definitif . Dan selanjutnya melalui proses demokrasi dengan pemilihan kepala daerah secara langsung Drs Fidelis Pranda dan Drs. Agustinus C. Dula kemudian diangkat menjadi Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Barat yang pertama.

Dan pada tahun 2010 dilangsungkan proses pilkada yang kedua. Dari proses ini Drs. C. H. Dula dan Drs. Maximus Gasa menjadi Bupati dan wakil Bupati yang kedua. Pada awal berdirinya terbagi atas 7 kecamatan yaitu Kecamatan Komodo, Kecamatan Sano Nggoang, Kecamatan Boleng, Kecamatan Lembor, Kecamatan Welak, Kecamatan Kuwus, Kecamatan Macang Pacar dan pada tahun 2011 dimekarkan menjadi 10 kecamatan dengan tambahan wilayah pemekaran yakni Kecamatan Lembor Selatan, Kecamatan Mbeliling dan Kecamatan Ndoso.

Sekilas Kabupaten Manggarai Barat 2


peta manggarai


Kondisi Obyektif Kabupaten Manggarai Barat.

1. Letak geografis Secara geografis

Kabupaten Manggarai Barat terletak di ujung barat Pulau Flores dan berada diantara 080.14’ LS-090.00’ LS dan 1190.21’ BT-1200.20’ BT. 

2. Batas wilayah

 Utara : Laut Flores
 Selatan : Laut Sawu 
 Timut : Kabupaten Manggarai
 Barat : Selat Sape

3. Luas wilayah
     Kabupaten Manggarai Barat mempunyai luas wilayah 10.000,47 km2 dengan luas wilayah daratan 2.974,5 km2 dan luas wilayah laut 7.052,97 km2. Wilayah daratan terdiri dari daratan Pulau Flores dan beberapa gugusan pulau seperti Pulau Komodo, Rinca, Longos serta beberapa pulau kecil lainnya.

4. Topografi
    Topografi Kabupaten Manggarai Barat berbukit-bukit dengan kemiringan mencapai 450 dan terdiri dari daerah pegunungan/bukit, daerah pesisir dan dataran rendah.

5.  Iklim
     Kabupaten Manggarai Barat beriklim panas denga suhu udara berkisar di antara 170 C- 320 C. • Penduduk Penduduk Kabupaten Manggarai Barat berjumlah 216.448 jiwa yang mendiami 10 wilayah kecamatan baik di daratan bagian barat Pulau Flores maupun yang mendiami pulau-pulau kecil.

6. sudut ekonomi 
      Dari sudut ekonomi, mayoritas masyarakat Kabupaten Manggarai Barat menggantungkan hidupnya pada pertanian selain berapa potensi ekonomi seperti pariwisata dengan obyek seperti Taman Nasional Komodo, Kawasan Hutan Mbeliling, Istana Ular, dan beberapa objek wisata air terjun seperti Cunca Rame dan Cunca Wulang.

7.  Kelompok etnis
     Kabupaten Manggarai Barat terdiri atas etnis Manggarai, Bima, Bugis, Jawa, dll yang turut mewarnai dinamika pembangunan di Manggarai Barat.

8. Sosial Budaya 
       Selain kebudayaan asli Manggarai kehidupan sosial budaya Manggarai Barat juga dipengaruhi oleh budaya Jawa, Bugis, Bima, Timor, Ngada,dll. Semuanya menambah keanekaragaman budaya dan adat istiadat masyarakat Manggarai Barat

9. Sebaran agama
     Sebaran penduduk menurut agama di Kabupatenn Manggarai Barat bersifat homogen. Daerah dataran tinggi mayoritas beragama Kristen Katolik, masyarakat beragama Islam lebih banyak berdomisili di daerah pesisir. Sedangkan Penduduk yang beragama Kristen Protestan, Hindu dan Budha lebih banyak berdomisili di daerah perkotaan karena pada umumnya mereka adalah penduduk pendatang.


Maaf jika ada kesalahan dalam pstingan ini dan terima kasih sudah membaca.

GBU

KOmentar FACEBOOK